Latihan 1: Presentasi, Representasi dan Saling Memperhatikan

2016-11-20-photo-00007120

Pertemuan pertama Sekolah Salah Didik (SSD) diisi dengan perkenalan dari anggota Kunci mengenai proyek-proyek Kunci sebelumnya dan alasan menggagas sekolah ini. Para peserta Sekolah Salah Didik kemudian saling memperkenalkan diri dan aktivitas masing-masing. Saya sempat berpikir bagaimana harus menyebut para peserta Sekolah Salah Didik. Jelas mereka bukanlah murid karena para anggota Kunci bukanlah guru. Posisi para anggota Kunci, dalam hal ini adalah orang-orang yang dibayar untuk bekerja di/untuk Kunci, adalah fasilitator sekolah sekaligus peserta. Saya dan Gita memutuskan untuk menyebut, baik anggota Kunci maupun orang-orang yang terpilih dari sistem panggilan terbuka, sebagai anggota Sekolah Salah Didik.

Evaluasi dari pertemuan pertama adalah porsi bicara anggota Kunci yang masih mendominasi. Saya pikir ini adalah kondisi yang tidak terhindarkan karena kami sebagai Kunci merasa perlu memperkenalkan diri. Juga mungkin karena banyak orang masih belum terbiasa berada di ruangan Kunci. Sehingga perlu waktu untuk menyesuaikan diri dan terlibat dalam diskusi. Di pertemuan selanjutnya, kami memutuskan untuk menciptakan model pertemuan di mana setiap orang dapat berbicara.

Satu hari sebelum pertemuan kedua Sekolah Salah Didik, para anggota Kunci berbicara dengan Ferdi, salah satu anggota Kunci yang sekarang tinggal di Berlin, Jerman, mengenai model pertemuan yang membuka kemungkinan setiap orang untuk berbicara. Ferdi membagikan pengalamannya mengorganisir lokakarya di sebuah organisasi seni di Berlin mengenai pedagogi alternatif, dan model yang dijalankan di tiap pertemuan Arts Collaboratory.

Dari diskusi ini, kami menyepakati bahwa kesempatan berbicara adalah hal yang sama pentingnya dengan mendengarkan. Kesempatan untuk bicara perlu diciptakan dengan kesediaan untuk mendengarkan. Saya pikir latihan ini penting untuk mendorong aspek perawatan dan perhatian dalam relasi antar anggota sekolah. Proses belajar bukanlah waktu untuk hanya memikirkan diri sendiri tapi juga bersama dengan orang-orang di sekitar.

Maka di pertemuan kedua, para anggota Sekolah Salah Didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari tiga hingga empat orang. Dalam kelompok kecil ini, sembari makan malam, setiap orang berbicara mengenai motivasi belajar mereka, alasan bergabung dengan SSD, dan hubungannya dengan aktivitas sehari-hari mereka. Setelah berbicara dalam kelompok-kelompok kecil selama 45 menit, semua orang bergabung kembali ke dalam kelompok besar. Lalu dalam kelompok besar, setiap orang mengisahkan cerita yang mereka dengar di kelompok kecil yang bukan merupakan cerita mereka sendiri. Jadi setiap orang bergantian berbicara mengenai orang lain dalam kelompok kecil mereka.

Misalnya kelompok saya terdiri dari saya, Andhika, Ning dan Maqin. Setelah kami berbincang selama 45 menit, di kelompok besar saya bercerita mengenai Andhika. Andhika berbicara mengenai Ning. Ning berbicara mengenai Maqin, dan Maqin berbicara mengenai saya. Tujuan dari model ini adalah untuk membuat setiap orang merasakan berbicara mewakili orang lain dan diwakili oleh orang lain. Dari hasil pengamatan saya, model bicara dan mendengarkan seperti ini, berhasil membuat setiap anggota perlahan mulai merasa nyaman dengan satu sama lain, maupun dengan kelompok besar Sekolah Salah Didik.

Saya pun ingin mencatat metode yang digunakan dalam diskusi kelompok besar. Ini adalah model yang kami ambil dari format lokakarya yang sedang dikembangkan oleh Ferdi dan Arts Collaboratory. Dalam pertemuan kelompok besar, ada empat fungsi yang berusaha terus menerus diputar di antara anggota Sekolah Salah Didik. Setiap orang harus merasakan menjalankan fungsi-fungsi ini. Keempat fungsi ini adalah moderator yang berfungsi sebagai pengatur jalannya diskusi, wasit yang bertugas mengingatkan tujuan utama diskusi dan memberikan kesempatan bicara bagi anggota yang terlihat bosan/ngantuk/ragu, penjaga waktu yang mengingatkan menit-menit yang sudah berjalan selama pertemuan, dan pencatat diskusi/notulen.

Pertemuan hari itu ditutup dengan rencana agenda di pertemuan selanjutnya, yaitu menentukan apa yang ingin kami pelajari bersama dan bagaimana proses belajar dapat dijalankan.